Sa’i merupakan satu dari ritus yang harus dilakukan pada mereka yang melakukan perjalanan ibadah haji. Dilekatkan pada kisah ibunda nabi Ismail (siti Hajar) yang berlari antara bukit safa ke marwah tujuh kali untuk menemukan sumber air untuk menunjang kehidupan nabi Ismail di padang tandus yang kini kita kenal dengan kota Makkah. Kisah ini masyhur bersanding dengan sumber air zamzam sampai saat ini, sumber air yang menjadi mukjizat nabi Ismail saat masih bayi.
Bagi orang jawa sendiri air memiliki makna menjadi sumber serta keseimbangan kehidupan, selain juga memiliki nilai spiritualitas, yang dijaga keluhuran nilainya, menjadi tradisi dalam menjaganya. Ini tentu sangat beralasan ketika kembali pada kisah nabi Ismail diatas, air sebagai penunjang kehidupan manusia merupakan rahman dan rahim-nya sang Pencipta semesta. Laku ibunda nabi Ismail diabadikan dalam ritus ibadah Sa’i, dan sumber air zamzam menjadi berkah bagi padang tandus yang kita kenal dengan Makkah saat ini.
Sumber Ambya’an & Berkah sebuah Inspirasi
Bagi masyarakat desa Jambuwer dan khususnya di dusun Glagaharum, sumber “Ambya’an” menjadi penunjang kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagai pengairan atas lahan pertanian masyarakat, membersihkan tubuh, sampai pada penyediaan kebutuhan air minum masyarakat. Menjadi sumber air yang debit air relatif stabil pada musim kemarau, setidaknya terdapat beberapa kolam sumber air di komplek “ambya’an” ini. Selain sumber air, komplek ambya’an ini sarat degan nilai tradisi dan sebagiannya telah disediakan wahana kolam renang.
Kamis, 28 juli 2022. Masih dalam kegiatan pendampingan KKN mahasiswa Unira Malang, saya berkesempatan mengunjungi sumber ambya’an untuk melakukan kegiatan sharing program “NGopi Lintas Stakeholder Desa Jambuwer” yang sebelumnya di agendakan sembari ngopi di komplek wisata edukasi “Jowaran”. Sebagai komplek yang di orientasi-kan sebagai wisata desa, akses menuju ambya’an kiranya memang tidak terasa akan menuju area wisata. Melalui jalan penghubung dari jalan utama desa yang hanya beberapa ratus meterr saja, tersuguh pemandangan beberapa petak kebun kopi masyarakat dusun Glagaharum.
Memasuki komplek sumber ambya’an, terpantau tidak banyak pengunjung selain beberapa pengunjung lokal yang berendam-berenang di kolam buatan untuk berenang. Menyusuri tepian parit kecil dengan air yang jernih, dengan suara jedag-jedug pompa air “Dongki”, kita akan sampai komplek sumber. Terdapat beberapa sumber dibawah rimbun pohon yang asri -sepertinya pohon beringin putih yang terkenal akar-akarnya mampu memikat air tanah. Beberapa tempat duduk melingkar disediakan dibawah rimbun pohon sekitar sumber air menghadap ke kolam renang dan areal pertanian, di situ kami duduk santai berdiskusi desain FGD bersama pemangku kepentingan. Tidak banyak yang kita diskusikan, teknis saja tidak banyak kesulitan dalam membuat kesepakatan-kesepakatan sederhana.
Ambya’an, mimpi dikelola sebagai komplek wisata air desa dengan beberapa prasarana masih baru menggeliat terbangun. Sepi saat kami datang karena (mungkin) dipaksa tidur selama masa PPKM, namun gemericik aliran dari beberapa sumber masih terus mengalir menunjang kehidupan di sekitarnya. Bagi saya berpindah ruang diskusi dari yang sebelumnya di rencanakan di Jowaran ke sumber Ambya’an tentunya memiliki makna spiritual sebagaimana kosmologi manusia jawa. Terdapat maksud yang di tunjukkan dari kunjungan kali ini ke sumber air, bukan sekedar mengetahui potensi wisatanya. Lebih dari itu dalam KKN, kita mesti sumber air yang tidak berhenti menghidupi, meskipun sepi tidak dikunjungi atau tidak banyak dibicarakan, memulai dari sumber yang terbenam dalam rimbunan akar pohon yang menjulang.

Sedih melihat potensi besar pengelolaan wisata sumber ambya’an yang sepi sehari itu atau saya yang salah waktu saat berkunjung. Karena sumber ambya’an merupakan warisan tradisi, sarat makna kosmologi jawa dan bagaimana masyarakat sekitar menjaganya sebagai sumber kehidupan. Mungkin, lain waktu berdasarkan perhitungan kalender jawa, saya akan melihat ramainya ambya’an dengan orang yang bersyukur atas berkah sumber air, sebagaimana kisah nabi Ismail semasa kecil dengan ibundanya dengan kisah air zamzam yang masyhur sampai saat ini.
