Citayam Fashion Week, berada di jalan dukuh atas kawasan sudirman kajarta (jakarta), ruang publik yang berubah menjadi panggung bagi ragam kalangan setelah viral di media sosial kini sudah di tutup. “Zebra cross” yang semestinya menjadi ruang publik bagi pejalan kaki yang menyeberang menjadi panggung catwalk peragaan fashion.
Desain kawasan dukuh atas sudirman sebagai pertemuan moda transportasi, ruang yang pantas untuk berhenti sejenak sebelum berpindah moda. Disinilah remaja citayam nongkrong, melenggang menikmati hiruk-pikuk sebagian jakarta. Tentu tidak sebatas nongkrong, membangun “image” di media sosial, melenggang membuat konten di ruang publik “jalan” yang bukan hal baru di medsos sebelumnya. Sukses menarik mata publik, berbondong publik mencoba peruntungan untuk panjat sosial di kawasan sudirman.
Sebentar waktu yang di butuhkan, peristilahan Citayam Fashion Week melenggang naik sebagai panggung bagi ragam kalangan. Tidak hanya bagi Bone dan Jeje, politisi pemangku kepentingan-pun bersuara tentang CFW. Sebagaimana Bone dan Jeje mereka juga (mungkin) berharap mendulang populer di panggung CFY. Baim wong terakhir, jika tidak dikatakan apes karena banyak hujatan (bahkan oleh warganet) karena bermaksud me-HaKI-kan CFW, sesungguhnya mengingatkan kita akan manisnya nilai finansial dari kerumunan di sudirman ini.
Kini, aparat penegak hukum telah menutup panggung kawasan sudirman, panggung CFW sepi penonton dan pertunjukan-pun berhenti. Siapa yang rugi?, hanya persoalan siapa berkepentingan dari cepatnya kepentingan bisnis entertaint. Sudirman Kajarta (Jakarta) di tutup, di beberapa kota lain mencoba peruntungan yang sama. Di kota Malang misalnya, panggung fashion jalanan semacam CFW bahkan di inisiasi aktor desainer busana.
Citayam Fashion Week di tutup merupakan dilema hak penggunaan ruang publik. Bijak menilai bahwa ruang publik memberikan akses bebas kepada publik sesuai batas peruntukannya. Pemerintah memang bertugas untuk mengatur kepentingan bersama publik secara bijaksana. Menutup akses CFW di kawasan sudirman harus bermakna mengatur, jangan ada tendesi lain, terlebih berebut keuntungan.