KKN In Vacation: Jambuwer dan Destinasi Wisata 7 Unsur kebudayaan Koentjoroningrat

KKN In Vacation: Jambuwer dan Destinasi Wisata 7 Unsur kebudayaan Koentjoroningrat

Sabtu, 16 Juli 2022 saya berkunjung ke desa Jambuwer yang menjadi salah satu desa di ujung barat-tengah kabupaten Malang. Kunjungan yang merupakan penugasan sebagai pembimbing lapangan KKN Unira Malang berbalik arah, sejatinya saya melakukan pendampingan proker KKN menjadi “omong klobot” antara saya yang mengenal desa Jambuwer dari media online dan mahasiswa yang telah “mbolang melintang” di sudut-sudut kampung desa. Mata dan telinga para mahasiswa cukup awas dalam melihat dan mendengar kisah yang malang melintang di desa Jambuwer.

Peta Desa Jambuwer GMaps

Letak geografis desa Jambuwer yang sisi utara yang bersinggungan langsung dengan perkebunan PTPN XII dan masyarakat dataran tinggi lereng gunung kawi, menegaskan corak masyarakat dengan mata pencaharian di sektor perkebunan kopi selain juga memiliki pandangan spiritual lereng gunung kawi. Mungkin dari kita cukup familiar dengan kopi merah Jambuwer di lini masa online, menjadi salah satu sentra kawasan kopi rakyat lereng gunung kawi. Menjadi logis ketika mengunjungi desa ini disisi kanan kiri jalan yang membelah desa berderet kebun kopi rakyat. Namun juga tidak dapat di pinggirkan -sekalipun tidak sepopuler branding kopi merah jambuwer, budaya mata pencaharian rakyat terus bersinggungan dan bergerak untuk bertahan secara ekonomi tidak sebatas komoditas kopi.

Berkebun jambu merah dan tembakau di dusun Glagaharum misalnya, bermula dari 1 orang warga yang menanam jambu merah dan tembakau sebagai mata pencaharian, kini berkembang sampai 5 petani jambu dan 11 petani tembakau. Akses petani terhadap pupuk pabrikan (anorganik) yang terbatas untuk sektor pertanian dan perkebunan, juga menggerakkan munculnya kelompok peternak yang berjumlah sekitar 38 orang untuk memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai solusi pemupukan tanaman budidaya mereka. Terlihat dari sini, proses adaptif masyarakat dalam meningkatkan nilai keekonomian dari pada sektor pertanian menjadi evolusi budaya bercocok tanam yang lebih kompleks dari sekedar membuka lahan hutan untuk pertanian dan perkebunan.

Masih secara geografis desa Jambuwer yang merupakan kawasan lereng gunung kawi, memiliki banyak sumber mata air sebagai penyangga sektor pertanian dan perkebunan, selain juga potensial menjadi destinasi wisata alam (nature) dan tradisi masyarakat. Sumber mata air yang jernih ini menegaskan terjaganya budaya air dan sungai sebagai penyangga kehidupan. Selain itu, kegiatan selamatan bersih desa di beberapa dusun juga sering dilaksanakan di sumber dan aliran air. Jaringan irigasi desa ini juga menegaskan warisan budaya teknis untuk menunjang sektor pertanian, perkebunan dan peternakan masyarakat. Pada perayaan tradisi bersih desa juga akan dapat ditemukan corak hasil kebudayaan berupa seni, khususnya pengrajin topeng dan sanggar tari topeng, pencak silat yang dominan pada nilai seni geraknya.

Tradisi Selamatan Bersih Desa

Pertanian di Dusun rekesan juga tidak kalah menarik, dusun dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat sebagai petani padi yang lahannya bersinggungan langsung dengan waduk lahor juga menegaskan kebudayaan air pada sektor perikanan. Menariknya, pada bulan-bulan tertentu setelah masa tanam, deretan padi yang menghijau terlihat apik pada petak sawah terasering pada lahan dengan kemiringan yang cukup curam mengarah ke waduk lahor. Destinasi alam yang tepat untuk “Teng Teng Crit” alias tengak-tenguk sambil cerita di tepian sawah, tepian waduk sambil mancing, melihat aktivitas keramba rakyat, jika waktunya tepat kita dapat ikut menanam memanen padi atau sekedar bermain lumpur sawah. Lagi, ini bagian dari karakterisik sosial masyarakat petani padi yang Welcome pada pendatang untuk sekedar berkunjung dan bercengkrama.

Mimpi besar memang harus dimulai dari hal kecil yang sudah terbiasa, ini kata yang tepat setelah berkesempatan bertukar cerita dengan pak Tuwuh, kepala desa Jambuwer saat ini. Berbatasan dengan desa wisata budaya Peniwen yang telah lebih dulu mapan sebagai desa wisata, desa Jambuwer terdorong berbenah dengan potensi yang ada. Wisata edukasi jowaran sebagai monumen awal desa wisata sempat “mandeg” beroperasi lantaran PPKM akibat Covid19, dan kini mulai kembali berbenah. Sumbangsih pemikiran, tata kelola Pokdarwis dan bisnis wisata oleh BUMDES sangatlah diperlukan ketika hadir kelompok mahasiswa KKN dan DPL-nya hadir di desa untuk mewujudkan desa wisata, terlebih wisata kebudayaan.

Waduk Lahor dusun Rekesan

Berbekal dari materi perkuliahan antropologi budaya. Pertama, tentang wujud budaya menurut JJ Hoenigman yang berupa gagasan atau pemikiran, tindakan atau berupa aktifitas maupun karya (artefak); dan Kedua, Koentjoroningrat mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan, yang meliputi; bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian atau keekonomian, sistem sosial kemasyarakatan, sistem pengetahuan, religius (spiritualitas) dan kesenian. Ketika merujuk pada wujud dan unsur kebudayaan diatas kiranya mana yang tidak ada di desa jambuwer dan penduduknya. Semua desa memiliki warisan budaya, selain juga evolusi dan inovasi-nya seiring berkembangnya sebuah desa. Lalu dari wujud kebudayaan yang ada itu, tentunya setiap desa layak disebut berbudaya, dengan kata lain desa Jambuwer dengan ragam peri kehidupan masyarakatnya adalah potensi wisata budaya.

Kuncinya, perlu sinergi masyarakat sebagai pemilik kebudayaan dan pikiran terbuka bahwa kebudayaan tentunya mengalami evolusi dan inovasi. Desa wisata budaya tidak melulu tentang ekonomi, namun sebuah tindakan ber-kebudayaan itu sendiri dengan kulturnya sebagai masyarakat desa (rural) yang sederhan. tentang nilai ke-ekonomian, masyarakat desa Jambuwer telah menunjukkan bagaimana mereka bertahan dan beradaptasi dengan perkembangan sejak awal “Babat Alas” hingga desa Jambuwer saat ini.

Sebagai penutup kunjungan saya sebagai DPL KKN Mahasiswa Unira Malang di desa Jambuwer, perkenankan saya berpesan kepada mahasiswa disana, “Berjalanlah di setiap sudut desa Jambuwer, Jadikan KKN Kalian sebagai KKN in Vacation, Rapikan Catatan Kalian, dan Susun Puzzle dari setiap sudut desa menjadi

Culture Destination of Jambuwer (Destinasi Budaya Jambuwer)

Author Image
Abdul Latif

Tenaga pengajar di program psikologi UNIRA Malang dengan fokus kajian psikologi sosial dan komunitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *